Senin, 13 Juni 2011

GANGGUAN KOGNITIF

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. (Stuart and Sundeen. 1987; 612).
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal) (Yosep. 2007; 77).
Bagian-bagian dari proses kognisi bukan merupakan kekuatan yang terpisah-pisah, tetapi sebenarnya ia merupakan cara dari seorang individu untuk berfungsi dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Respon kognitif maladaptif mencakup ketidakmampuan untuk membuat keputusan, kerusakan memori dan penilaian, disorientasi, salah persepsi, penurunan rentang perhatian, dan kesulitan berfikir logis. Respons tersebut dapat terjadi secara episodik atau terjadi terus menerus. Suatu kondisi dapat reversibel atau ditandai dengan penurunan fungsi secara progresif, bergantung pada stresor.
Gangguan kognitif erat kaitannya dengan funsi otak karena kemampuan untuk berfikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Gangguan kognitif spesifik yang perlu mendapat perhatian adalah delirium dan demensia.
Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi pada kemampuan berfikir dan rasional seseorang. Respon kognitif yang ditimbulkan nantinya berbeda tergantung dari bagian yang terkena gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi. Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses pikir, sedangkan pada kasus demensia akan megalami respon kognitif yang maladaptif. Terkadang depresi pada lansia seringkali disalahartikan sebagai demensia.
Tabel. Perbandingan delirium, depresi, dan demensia

Delirium
Depresi
Demensia
Awitan
Cepat (beberapa jam sampai beberapa hari)
Cepat (Beberapa minggu sampai beberapa bulan)
Bertahap (bertahun-tahun)
Proses gangguan
Fluktuasi luas, dapat berlangsung terus menerus selama beberapa minggu jika penyebabnya tidak diketahui
Mungkin ada pembatasasn diri atau menjadi kronik tanpa pengobatan
Kronik; Lambat namun terus menerus
Tingkat kesadaran
Berfluktuasi dari sangat waspada hingga sulit untuk dibangunkan
Normal
Normal
Orientasi
Pasien disorientasi, bingung
Pasien mungkin tampak disorientasi
Pasien disorientasi, bingung
Afek
Berfluktuasi
Sedih, depresi, cemas, rasa bersalah
Labil, apatis pada tahap lanjut
Perhatian
Selalu terganggu
Kesulitan berkonsentrasi; pasien mungkin menelaah kembali tindakannya
Mungkin utuh; pasien dapat memutuskan perhatian untuk satu hal dalam waktu yang lama
Tidur
Selalu terganggu
Terganggu; tidur berlebihan atau insomnia, terutama ketika bangun pagi lebih awal
Biasanya normal


Perilaku
Pasien agitasi. gelisah
Pasien mungkin lelah, apatis, kadang agitasi
Pasien mungkin agitasi atau apatis, mungkin keluyuran
Pembicaraan
Jarang atau cepat, pasien mungkin inkoheren
Datar dan jarang, mungkin meledak-ledak, dapat dimengerti
Jarang atau cepat, berulang-ulang pasien mungkin inkoheren
Memori
Terganggu, terutama untuk peristiwa yang baru terjadi
Bervariasi dari hari ke hari, lamban dalam mengingat, sering defisit memori jarak pendek
Terganggu, terutama untuk peristiwa yang baru terjadi
Kognisi
Gangguan berfikir
Mungkin tampak terganggu
Gangguan berfikir dan menghitung
Isi Pikir
Inkoheren, bingung, waham, stereotip
Negatif, hipokondriasis, pikiran tentang kematian, paranoid
Tidak teratur, kaya isi pikir, waham, paranoid
Persepsi
Salah penafsiran, ilusi, halusinasi
Terganggu, pasien mungkin mengalami halusinasi pendengaran, penafsiran negatif terhadap orang lain dan kejadian
Tidak berubah
Penilaian
Buruk
Buruk
Buruk, perilaku tidak tepat secara sosial
Daya tilik
Mungkin ada saat-saat berfikir jernih
Mungkin terganggu
Tidak ada
Penampilan pada pemeriksaan status mental
Buruk, tetapi berfariasi, meningkat saat berfikir jernih dan saat penyembuhan
Kerusakan memori, menghitung, menggambar, mengikuti perintah biasanya tidak terganggu, sering menjawab “saya tidak tahu”
Secara konsisten buruk, makin memburuk, Pasien berupaya menjawab semua pertanyaan

DELIRIUM
Delirium adalah keadaan yang yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih.
Delirium merupakan suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi (Nasution. 2007).
Pada gangguan ini seseorang menunjukkan adanya gangguan kesadaran dan perubahan kognisi yang tidak dapat dijelaskan oleh timbulnya dimensia di masa lalu atau saat ini. Gangguan ini terjadi dalam waktu singkat dan mengubah penampilan orang yang terkena selama hari itu. Biasanya, delirium menghilang dalam beberapa jam atau hari kecuali jika disertai demensia.
Pemeriksaan kesehatan dan laboratorium menunjukkan bahwa delirium merupakan hasil dari kondisi medis fisiologis, intoksikasi atau putus zat, penggunaan obat-obatan, terpajan pada zat racun, atau kombinasi faktor-faktor tersebut. Semakin cepat pokok masalah teridentifikasi, semakin cepat gejala yang ditangani dan delirium teratasi. Delirium dapat mempengaruhi semua pasien, namun paling sering terjadi pada orang yang berumur lebih dari 65 tahun yang dirawat karena memiliki gangguan medis umum atau masalah pembedahan.
Menurut Copel (2007) gejala umum delirium sbb :
Sebuah sumber mengatakan bahwa delirium bisa berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bahkan lebih lama lagi, tergantung kepada beratnya gejala dan lingkungan medis penderita. Delirium sering bertambah parah pada malam hari (suatu fenomena yang dikenal sebagai matahari terbenam). Pada akhirnya, penderita akan tidur gelisah dan bisa berkembang menjadi koma (tergantung kepada penyebabnya).
Mekanisme neurobiologis yang mendasari perkembangan delirium tidak dimengerti dengan baik. Patologi umum penyebab delirium terdiri dari intoksikasi dan putus obat, keracunan, infeksi sistemik dan infeksi intrakranial, gangguan metabolisme, gangguan neurologis, lesi otak, dan luka fisik yang berat. Stresor psikososial, seperti perubahan kehidupan yang mendadak, beban sensori dan kekurangan tidur dapat juga menimbulkan delirium.
Pengobatan yang dilakukan digunakan untuk menangani pokok penyebab terjadinya delirium pada klien, kondisi kesehatan terkini, dan gejala yang berhubungan dengan keadaan gelisah. Menurut Copel (2007) pengobatan yang diberikan diantaranya :

DEMENSIA 
Demensia merupakan suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berfikir abstrak (Nasution. 2007).
Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa penyakit dan bukanlah sindrom (Wikipedia. 2010).
Demensia disebabkan karena adanya penyakit penyerta yang muncul terlebih dahulu. Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia diantaranya seperti strok, Alzheimer, penyakit Creutzfeldt-Jakob, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-lain. Demesia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin.
 Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
Menurut Copel (2007) gejala demensia diantaranya :
Terapi yang dilakukan adalah terapi untuk mengatasi penyakit penyerta yang menyebabkan demensia, sedangkan untuk demensianya sendiri perlu diperhatikan keselamatan pasien, lingkungan dibuat senyaman mungkin, dan bantuan pengasuh bila perlu.

 PERBEDAAN DELIRIUM dengan DEMENSIA
Delirium
Demensia
Fluktuasi tingkat kesadaran, disorientasi, gelisah, agitasi, ilusi, halusinasi, pikiran tidak teratur, gangguan penilaian dan
pengambilan keputusan, afek labil

Hilang daya ingat, kerusakan penilaian, perhatian menurun, perilaku sosial tidak, sesuai, afek labil, gelisah, agitasi

Kebanyakan gangguan yang mengakibatkan beberapa tingkat gangguan kognitif biasanya bersifat fisiologis. Oleh karena itu, perawat harus mempertimbangkan kebutuhan pasien dan masalah perilaku psikososial. Diagnosis keperawatan yang lengkap menggambarkan semua pengaruh ini terhadap perilaku pasien. Jika disabilitas kognitif pasien menganggu peran sertanya dalam proses perencanaan pengobatan, mungkin perlu melibatkan orang terdekat pasien dalam merumuskan diagnosis keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Copel. 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri Pedoman Klinis Perawat. Jakarta : EGC.
Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

....ATUR NUHUN....