Minggu, 24 Oktober 2010

sometimes, what you want isn't given

faktanya yang terjadi bukanlah yang qm inginkan terjadi
tapi itulah hidup
jika tak begitu
tak akan ada pengharapan dan usaha keras

pengharapan....
setiap orang pasti memegangnya
tapi usaha???
jangankan mereka
aq pun merasa malas untuk berusaha
otakq mati tak mampu berpikir dan berkreasi
dicobapun enggan...

so what can I do???

Selasa, 19 Oktober 2010

KLASIFIKASI ARITMIA

Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1) Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
· Takikardia sinus
· Bradikardia sinus
· Aritmia sinus
· Henti sinus
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).
· Ekstrasistol atrial
· Takiakardia atrial
· Gelepar atrial
· Fibrilasi atrial
· Pemacu kelana atrial
c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung).
· Ekstrasistole penghubung AV
· Takikardia penghubung AV
· Irama lolos penghubung AV
d. Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular).
· Ekstrasistole ventricular.
· Takikardia ventricular.
· Gelepar ventricular.
· Fibrilasi ventricular.
· Henti ventricular.
· Irama lolos ventricular.
2) Gangguan penghantaran impuls.
a. Blok sino atrial
b. Blok atrio-ventrikular
c. Blok intraventrikular.

KaARAKTERISTIK ARITMIA
Bradikardia sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakanial, atau infark miokard (MI). Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA.
Berikut adalah karakteristik disritmia
· Frekuensi: 40 sampai 60 denyut per menit
· Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
· Kompleks QRS: biasanya normal
· Hantaran: biasanya normal
· Irama: reguler
Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali frekuensinya. Bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan perubahan hemodinamika yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop (pingsan), angina, atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditujukan untuk meningkatkan frekuensi jantung. Bila penurunan frekuensi jantung diakibatkan oleh stimulasi vagal (stimulasi saraf vagul) seperti jongkok saat buang air besar atau buang air kecil, penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal lebih lanjut. Bila pasien mengalami intoksikasi digitalis, maka digitalis harus dihentikan. Obat pilihan untuk menangani bradikardia adalah atropine. Atropine akan menghambat stimulasi vagal, sehingga memungkinkan untuk terjadinya frekuensi normal.

Takikardia sinus
Takiakrdia sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Pola EKG takikardia sinus adalah sebagai berikut :
· Frekuensi : 100 sampai 180 denyut permenit.
· Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
· Kompleks QRS : Biasanya mempunyai durasi normal.
· Hantaran : Biasanya normal.
· Irama : Reguler.
Semua aspek takikardia sinus sama dengan irama sinus normal kecuali frekeunsinya. Tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolic menurun, mengakibatkan penurunan curah jantung dan kemudian timbul gejala sinkop dan tekanan darah rendah. Bila frekwensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.
Penanganan takikardia sinus biasanya diarahkan untuk menghilangkan penyebabknya. Propranolol dapat dipakai untuk menurunkan frekwensi jantung secara cepat. Propranolol menyekat efek serat adrenergic, sehingga memperlambat frekwensi.

DISRITMIA ATRIUM
Kontraksi premature atrium (PAC)
Penyebab :
· Iritabilitas otot atrium karena kafein, alcohol, nikotin.
· Miokardium teregang seperti pada gagal jantung kongestif
· Stress atau kecemasan
· Hipokalemia
· Cedera
· Infark
· Keadaaan hipermetabolik.
Karakteristik :
· Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
· Gelombang P : Biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA.
· Kompleks QRS : Bisa normal, menyimpang atai tidak ada.
· Hantaran : Biasanya normal.
· Irama : Reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih awal dalam siklus dan baisanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang lengkap.
Kontraksi atrium premature sering terlihat pada jantung normal. Pasien biasanya mengatakan berdebar-debar. Berkurangnya denyut nadi (perbedaan antara frekwensi denyut nadi dan denyut apeksi) bisa terjadi. Bila PAC jarang terjadi, tidak diperlukan penatalaksanaan. Bila terjadi PAC sering (lebih dari 6 per menit) atau terjadi selama repolarisasi atrium, dapat mengakibatkan disritmia serius seperti fibrilasi atrium. Sekali lagi, pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebabnya.

Takikardia Atrium Paroksimal
Adalah takikardia atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik atau alcohol. Takikardia atrium paroksimal biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekwensi yang sangat tinggi dapat menyebabkan angina akibat penurunan pengisian arteri koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung.
Karakteristik :
· Frekwensi : 150 sampai 250 denyut per menit.
· Gelombang P : Ektopik dan mengalami distorsi dibanding gelombang P normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek (Kurang dari 0, 12 detik).
· Kompleks QR : Biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran.
· Hantaran : Biasanya normal.
· Irama : Reguler.
Pasien biasanya tidak merasakan adanya PAT. Penanganan diarahkan untuk menghilangkan penyebab dan menurunkan frekwensi jantung. Morfin dapat memperlambat frekwensi tanpa penatalaksanaan lebih lanjut. Tekanan sinus karotis yang dilakukan pada satu sisi, akan memperlambat atau menghentikan serangan dan biasanya lebih efektif setelah pemberian digitalis atau vasopresor, yang dapat menekan frekwensi jantung. Penggunaan vasopresor mempunyai efek refleks pada sinus karotis dengan meningkatkan tekanan darah dan sehingga memperlambat frekwensi jantung. Sediaan digitalis aktivitas singkat dapat digunakan. Propranolol dapat dicoba bila digitalis tidak berhasil. Quinidin mungkin efektif, atau penyekat kalsium verapamil dapat digunakan. Kardioversion mungkin diperlukan bila pasien tak dapat mentoleransi meningkatnya frekwensi jantung.

Fluter atrium
Terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali permenit. Karakter penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat tetapi terhadap nodus AV, yang mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung sebenarnya masih normal, sehingga kompleks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantaran 1:1 impuls atrium yang dilepaskan 250 – 400 kali permenit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam nyawa.
Karakteristik :
· Frekwensi : frekwensi atrium antara 250 sampai 400 kali denyut per menit.
· Irama : Reguler atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (misalnya 2:1, 3:1 atua kombinasinya).
· Gelombang P : Tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
· Kompleks QRS : Konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
· Gelombang T : Ada namun bisa tertutup oleh gelombang flutter.
Penanganan yang sesuai sampai saat ini untuk flutter atriuma dalah sediaan digitalis. Obat ini akan menguatkan penyekat nodus AV, sehingga memperlambat frekwensinya. Quinidin juga dapat diberikan untuk menekan tempat atrium ektopik.penggunaan digitalis bersama dengan quinidin biasanya bisa merubah disritmia ini menjadi irama sinus. Terapi medis lain yang berguna adalah penyekat kanal kalsium dan penyekat beta adrenergic.
Bila terapi medis tidak berhasil, fluter atrium sering berespons terhadap kardioversi listrik.

Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung congenital.
Karakteristik :
· Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
· Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat diukur.
· Kompleks QRS : Biasanya normal .
· Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon ireguler.
· Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.
Penanganan diarahkan untuk mengurangi iritabilitas atrium dan mengurangi frekwensi respons ventrikel. Pasien dengan fibrilasi atrium kronik, perlu diberikan terapi antikoagulan untuk mencegah tromboemboli yang dapat terbentuk di atrium.
Obat pilihan untuk menangani fibrilasi atrium sama dengan yang digunakan pada penatalaksanaan PAT, preparat digitalis digunakan untuk memperlambat frekwensi jantung dan antidisritmia seperti quinidin digunakan untuk menekan disritmia tersebut.

DISRITMIA VENTRIKEL
Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi ventrikel premature (PVC) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
PVC jarang terjadi dan tidak serius. Biasanya pasien merasa berdebar-debar teapi tidak ada keluhan lain. Namun, demikian perhatian terletak pada kenyataan bahwa kontraksi premature ini dapat menyebabkan disritmia ventrikel yang lebih serius.
Pada pasien dengan miokard infark akut, PVC bisa menjadi precursor serius terjadinya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
· Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
· Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
· Terjadi berpasangan atau triplet
· Terjadi pada fase hantaran yang peka.
Gelombang T memeprlihatkan periode di mana jantung lebih berespons terhadap setiap denyut adan tereksitasi secara disritmik. Fase hantaran gelombang T ini dikatakan sebagai fase yang peka.
Karakteristik :
· Frekwensi : 60 sampai 100 denyut per menit.
· Gelombang P : Tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
· Kompleks QRS : Biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih dari 0, 10 detik. Mungkin berasal dari satu focus yang sama dalam ventrikel; atau mungkin memiliki berbagai bentuk konfigurasi bila terjadi dari multi focus di ventrikel.
· Hantaran : Terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
· Irama : Ireguler bila terjadi denyut premature.
Untuk mengurangi iritabilitas ventrikel, harus ditentukan penyebabnya dan bila mungkin, dikoreksi. Obat anti disritmia dapat dipergunakan untuk pengoabtan segera atau jangka panjang. Obat yang biasanya dipakai pada penatalaksanaan akut adalah lidokain, prokainamid, atau quinidin mungkin efektif untuk terapi jangka panjang.

Bigemini Ventrikel
Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit artei koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut adalah prematur.
Karakteristik :
· Frekwensi : Dapat terjadi pada frekwensi jantung berapapun, tetapi biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
· Gelombang P : Seperti yang diterangkan pada PVC; dapat tersembunyi dalam kompleks QRS.
· Kompleks QRS : Setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
· Hantaran : Denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal, namun PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
· Irama : Ireguler.
Bila terjadi denyut ektopik pada setiap denyut ketiga maka disebut trigemini, tiap denyut keempat, quadrigemini.
Penanganan bigemini ventrikel adalah sama dengan PVC karena penyebab yang sering mendasari adalah intoksikasi digitalis, sehingga penyebab ini harus disingkirkan atau diobati bila ada. Bigemini ventrikel akibat intoksikasi digitalis diobati dengan fenitoin (dilantin).

Takikardia Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardia ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas. Irama ventrikuler yang dipercepat dan takikardia ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut :
· Frekwensi : 150 sampai 200 denyut per menit.
· Gelombang P : Biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat, tidak slealu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
· Kompleks QRS : Mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC- lebar dan anerh, dengan gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung dengan QRS normal, menghasilkan denyut gabungan.
· Hantaran : Berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
· Irama : Biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takiakrdia ventrikel ireguler.
Terapi yang akan diberikan dtentukan oleh dapat atau tidaknya pasien bertoleransi terhadap irama yang cepat ini. Penyebab iritabilitas miokard harus dicari dan dikoreksi segera. Obat antidisritmia dapat digunakan. Kardioversi perlu dilakukan bila terdapat tanda-tanda penurunan curah jantung.

Fibrilasi Ventrikel

Fibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jatung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi antivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
Karateristik :
· Frekwensi : Cepat, tak terkoordinasi dan tak efektif.
· Gelombang P : Tidak terlihat.
· Kompleks QRS : CEpat, undulasi iregulertanpa pola yang khas (multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar.
· Hantaran : Banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel.
· Irama : Sangat ireguler dan tidak terkordinasi, tanpa pola yang khusus.
Penanganan segera adalah melalui defibrilasi.

ABNORMALITAS HANTARAN

Penyekat AV Derajat Satu

Penyekat AV derajat satu biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pad apasien dengan infark miokard dinding inferior jantung.
Karakteristik :
· Frekwensi : Bervariasi, biasanya 60 sampai 100 denyut per menit.
· Gelombang P : Mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi lebih besar dari 0, 20 detik.
· Kompleks QRS : Mengikuti setiap gelombang P, biasanya normal.
· Hantaran : Hantaran menjadi lambat, biasanya di setiap tempat antara jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang panjang. Hantaran ventrikel biasanya normal.
· Irama : Biasanya regular.
Disritmia ini penting karena dapat mengakibatkan hambatan jantung yang lebih serius. Merupakan tanda bahaya. Maka pasien harus dipantau ketat untuk setiap tahap lanjut penyekat jantung.

Penyekat AV Derajat Dua
Penyekat AV derajat dua juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, infark miokard atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekwensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung.
Karakteristik :
· Frekwensi : 30 sampai 55 denyut per menit. Frekwensi atrium dapat lebih cepat dua , tiga atau empat kali disbanding frekwensi ventrikel.
· Gelombang P : Terdapat dua, tiga atau empat gelombang untuk setiap kompleks QRS. Interval PR yang dihantarkan biasanya berdurasi normal.
· Kompleks QRS : Biasanya normal.
· Hantaran : Satu atau dua impuls tidak dihantarkan ke ventrikel.
· Irama : Biasanya lambat dan regular. Bila terjadi irama ireguler, hal ini dapat diebabkan oleh kenyataan adanya penyekat yang bervariasi antara 2:1 sampai 3:1 atau kombinasi lainnya.
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan frekwensi jantung guna mempertahankan curah jantung normal. Intoksikasi digitalis harus ditangani dan seitap pengoabtan dengan fungsi depresi aktivitas miokard harus ditunda.

Penyekat AV Derajat Tiga
Penyekat AV derajat tiga (penyekat jantung lengkap) juga berhubungan dengan penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI. frekwensi jantung berkurang drastic, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital, seprti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit.
Karakteristik :
· Asal : Impuls berasal dari nodus SA, tetapi tidak dihantarkan ke serat purkinje. Mereka disekat secara lengkap. Maka setiap irama yang lolos dari daerah penyambung atau ventrikel akan mengambil alih pacemaker.
· Frekwensi : frekwensi atrium 60 sampai 100 denyut per menit, frekwensi ventrikel 40 sampai 60 denyut per menit bila irama yang lolos berasal dari daerah penyambung, 20 sampai 40 denyut permenit bila irama yang lolos berasal dari ventrikel.
· Gelombang P : Gelombang P yang berasal dari nodus SA terlihat regular sepanjang irama, namun tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
· Kompleks QRS : Bila lolosnya irama berasal dari daerah penyambung , maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P. kompleks QRS terjadi secara regular. Bila irama yang lolos berasal dari ventrikel, kompleks QRS berdurasi 0, 10 detik lebih lama dan baisanya lebar dan landai. Kompleks QRS tersebut mempunyai konfigurasi seperti kompleks QRS pada PVC.
· Hantaran : Nodus SA melepaskan impuls dan gelombang P dapat dilihat. Namun mereka disekat dan tidak dihantarkan ke ventrikel. Irama yang lolos dari daerah penyambung biasnaya dihantarkan secara normal ke ventrikel. Irama yang lolos dari ventrikel bersifat ektopik dengan konfigurasi yang menyimpang.
· Irama : Biasanya lambat tetapi regular.
Penanganan diarahkan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital. Penggunaan pace maker temporer sangat dianjurkan. Mungkin perlu dipasang pace maker permanent bila penyekat bersifat menetap.

Asistole Ventrikel
Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernapasan. Tanpa penatalaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal.
Karakteristik :
· Frekwensi : tidak ada.
· Gelombang P : Mungkin ada, tetapi tidak dapat dihantarkan ke nodus AV dan ventrikel.
· Kompleks QRS : Tidak ada.
· Hantaran : Kemungkinan, hanya melalui atrium.
· Irama : Tidak ada.
Resusitasi jantung paru (CPR) perlu dilakukan agar pasien tetap hidup. Untuk menurunkan stimulasi vagal, berikan atropine secara intravena. Efinefrin (intrakardiak) harus diberikan secara berulang dengan interval setiap lima menit. Natrium bikarbonat diberikan secara intravena. Diperlukan pemasangan pacemaker secara intratoraks, transvena atau eksternal.

Senin, 18 Oktober 2010

PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN

PENDAHULUAN


            Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (Wikipedia. 2010).
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tapat dan akurat maka diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada abdomen. Makalah ini membahas entang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh khususnya pada abdomen, kemudian pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada abdomen, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan dalam abdomen.



BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN


Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ-organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal. Abdomen merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi perut yang meliputi daerah-daerah/ bagian dan batas-batas perut.
1.1    Pembagian Abdomen
Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji Rahardjo. DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara lain :
1.    Linea Media Anterior
Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus jugularis), lurus ke bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala tepat lewat glabella terus ke atas sampai vertex.
2.    Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)
Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus  terus kebawah sampai pada lipatan pangkal paha.
3.    Linea Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum, dari atas ke bawah pada arcus costae.
4.    Linea Para Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan antara linea mamilaris dengan linea sternalis.
5.    Linea Maxilaris
Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan ketiak sampai ke spina iliaka superior anterior.
6.    Bidang Trans Pylorik
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri.
7.    Bidang Trans Tuberkuler
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior.
Sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita ( thorax dan abdomen ), akan terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
a.    Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
b.    Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.
c.    Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.
d.   Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
e.    Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
f.     Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
g.    Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga.



h.    Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
i.      Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra.
1.2    Organ-organ yang terdapat di dalam Abdomen
1.2.1   Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: kardia, fundus, dan antrum. Lambung biasanya memiliki bentuk J,dan terletak di kuadran kiri atas abdomen. Terletak dibawah diafragma didepan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Fungsi Lambung
1.    Menampung makanan, menghaluskan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung,
2.    Getah cerna lambung yang dihasilkan :
a.    Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino atau albumin dan pepton.
b.    Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan disinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c.    Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d.   Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
1.2.2   Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15cm, lebar 5cm mulia dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Pankreas terbantang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Sekresi Pankreas
1.    Hormon Insulin.
Hormone ini langsung dialirkan kedalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang menghasilkan insulin ini termasuk sel kelenjar endokrin. Kumpulan sel ini berbentuk seperti pulau-pulau, yang disebut pulau langerhans
2.    Getah pancreas.
Sel-sel yang memproduksi getah pancreas ini termasuk kelenjar eksokrin. Getah pancreas dikirim kedalam duodenum melalui duktus pankreotikus yang bermuara pada papilla vateri yang terletak pada dinding duodenum.
          Fungsi Pankreas :
1.    Fungsi eksokrin, membentuk getah pancreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2.    Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin, yang mengsekresikan insulin.
3.    Fungsi sekresi eksternal, cairan pancreas dialrkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.
4.    Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormone insulin dan hormone glucagon. Hormon tersebut dibawa kejaringan untuk membantu metabolism karbohidrat.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
1.2.3   Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550 gram, ±1,5 kg. Warnanya merah kecoklatan sangat vascular dan lunak. Letaknya bagian atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Hati berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apek pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, yang dilindungi oleh kartilago kostalis.
Fungsi Hati:
1.    Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
2.    Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urine.
3.    Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
4.    Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam system retikulo endothelium, dialirkan ke empedu.
5.    Pembentukan ureum, hati menerima asam amino yang kemudian diubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
6.    Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
1.2.4   Usus
Usus terdiri atas :
1.    Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya ± 6m, merupakan saluran paling panjang, tempat proses pencernaan dan absorbs hasil pencernaan yang terdiri dari lapiasan usus halus.
Usus halus terbagi atas 3, yaitu
a.    Duodenum
Duodenum disebut juga usus duabelas jari, panjangnya ± 25cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukuit disebu papilla vateri. Pada papilla vateri ini ermuara disaluran empedu dan saluran pancreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak megandung kelenjar, yang disebut kelenjar brunner, yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b.    Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang ± 6m. Dua perlima bagian atas adalah jejunum dengan panjang ± 2-3m dan ileum dengan panjang ± 4-5m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentrium.
Fungsi Usus Halus
1)   Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler darah dan saluran limfe
2)   Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3)   Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
4)   Absorbsi air, garam dan vitamin
5)   Menerima empedu dan getah pancreas
6)   Sekresi cairan usus
2.    Usus Besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1.5 m lebarnya 5-6cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.
Usus Besar terbagi atas:
a.    Sekum
Sekum adalah kantung lebar terletak pada fosa illiaka dextra. Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga sebagai umbai cacing,
b.    Apendiks
Apendiks disebut juga sebagai umbai cacing, panjangnya 18cm dan membuka pada sekum sekitar 2,5cm dibawah katup ileo sekal.. Seluruh bagiannya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup. Apendik memiliki lumen yang sempit, lapisan submokosanya mengandung banyak jaringan limfe.

c.    Colon Asendens
Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica.
d.   Colon Transfersum
Colon Transfersum panjangnya ± 38cm, membujur dari colon asenden sampai ke colon desenden, yang berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica, dan sebelah kiri terdapat fleksura linearis.
e.    Colon Dsendens
Colon ini panjangnya ± 25cm, terletak di bagian bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas kebawah dan fleksura linearis sampai kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
f.     Colon Sigmoid
Colon ini merupakan lanjutan dari colon desenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
g.    Rektum
Rektum terletak dibawah kolomsigmoid, yang menghubungkan intestine mayor dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan os skrum dan os koksigeus.
h.    Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar/ udara luar.
1.2.5   Ginjal
Ginjal merupakan suatu kelunjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominalis dibelakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada 2buah, yang letaknya ada pada kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12cm, lebar 7cm dan tebal maksimal 2,5cm. Gimjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
          Fungsi ginjal :
1.    Memegang peranan ppenting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
2.    Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3.    Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4.    Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zt lain dalam tubuh
5.    Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
6.    Berperan dalam produksi vit D
1.2.6   Ureter
Ureter merupakan tabung dari ginjal yang menuju ke vesika urinaria. Terdapat 2 ureter dalam tubuh manusia, masing2 berada di kanan dan kiri. Setiap ureter panjangnya sekitar 25cm. Ureter dimulau dari bagian pelvis ginjal,bagian yang berdilatasi melekat pada hilum ginjal. Kemudian berjalan ke bawah di bagian posterior didnding abdomen di belakang peritoneum. Didalam pelvis, ureter membelok ke depan dan ke belakang untuk memasuki vesika urinaria, melewati dindingnya ureter berjalan secara oblik.
Lapisan dinding ureter mengalami gerakan peristaltic yang nantinya akan membuat ureter mampu mendorong urine dari ginjal ke vesika urinaria.
1.2.7   Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau yang biasa disebut dengan bllader atau kandung kemih merupakan suatu organ dalam system pencernaaa yang mempunyai fungi menampung urine yang telah disalurkan dari ginjal melalui ureter. Ketika kosong kandung kemih terletak pada pelvis, sedangkan ketika lebih dari setengah bagiannya terisi, kandung kemih menempati abdomen di tas pubis. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilinggi oleh otot yang kuat,
1.2.8   Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah peer, terletak didalam pelvis antara rectum dan kandung kemih. Ototnya disebut miometrium. Uterus terapaung didalampelvis dengan jaringan ikat dan ligamen. Panjang uterus ±7,5cmlebar 5cm, tebal 2,5cm, dengan berat 50gram. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8cm, beratnya 30-60gram.
Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus. Pembuahan ovum secar normal terjadi didalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan ovum tertanam dalam endometrim. Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar samai keluar pelvis masuk kedalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.




BAB II
PEMERIKSAAN ABDOMEN


            Pemeriksaan fisik, dalam prakteknya tidah hanya cukup menggunakan pemeriksaan fisik saja namun juga pengkajian secara utuh. Dimana pengkajian yang bisa dilakukan untuk abdomen seperti halnya pada pengkajian secara keseluruhan adalah anamnesa atau wawancara serta pemeriksaan fisik.
2.1    Anamnesa
Anamnesa adalah metode atau cara untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan pertanyaan tertentu pada pasien (Wikipedia. 2010).
Anamnesa yang dilakukan ini adalah menyangkut tentang :
·      Biodata pasien
·      Keluhan-keluhan pasien
·      Penyakit sekarang
·      Riwayat Kesehatan yang lalu
·      Status Kesehatan Terakhir
·      Riwayat Keluarga
·      Riwayat Psikososial
Terdapat 2 kriteria Anamnesa diantaranya :
1.    Auto anamnesa
     Anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
     Contoh auto anamnesa :
§  Jenis makanan apa yang membuat Anda diare ?
§  Aktivitas apa yang dapat menyebabkan Anda nyeri ?
§  Aktivitas apa saja yang dapat mengurangi nyeri pada perut Anda ?
§  Aktivitas apa saja yang dapat menambah nyeri pada perut Anda ?
§  Di daerah mana Anda merasakan nyeri ?
§  Apakah nyeri yang Anda rasakan menyebar ?
§  Seberapa Anda merasakan nyeri ?
§  Apa yang Anda lakukan ketika perut Anda terasa sakit ?
§  Kapan Anda merasakan nyeri pertama kali?
§  Nyeri itu dating secara tiba-tiba ataukah bertahap?
§  Bagaimana Frekuensinya ?
§  Apakah Anda sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut Anda ?
§  Bagaimana pola defekasi Anda ?
§  Apakah sekarang Anda sedang mengalami Stress ?
§  Apa yang menyebabkan Anda Stress ?
§  Apakah Anda mempunyai kebiasaan merokok ?
§  Apakah Anda mempunyai kebiasaan minum alkohol ?
§  Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat?
§  Apakah Anda suka mengkonsumsi kafein (kopi) ?
§  Bagaimana kondisi feses Anda ?
§  Apakah Anda merasakan kesulitan ketika menelan ?
§  Apakah Anda pernah mengalami tindakan pembedahan ?
2.    Allo anamnesa
     Anamnesa yang dilakukan tidak secara langsung kepada pasien, misalnya anamnesa pada keluarga pasien, atau tenaga medis yang merujuk pasien.
     Contoh allo anamnesa :
§  Apakah pasien baru datang dari luar negeri ?
§  Terapi apa saja yang sudah diberikan pada pasien ini?
§  Bagaimana kondisi pasien sebelumnya?
§  Apa yang paling dikeluhkan pasien?
§  Bagaimana riwayat kesehatan yang dimiliki pasien?
§  Apakah pasien memiliki riwayat penyakit menular?
§  Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami gejala ini?
§  Bagaimana pola hubungan/kekerabatan masing-masing anggota keluarga anda, jika ada yang mengalami sakit ?
2.2    Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik yang bias disingkat dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi). Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen, diantaranya :
2.2.1   Inspeksi
Saat bertemu dan melihat pasien, tentunya akan terbersit kesan keadaan umum pasien tersebut dalam pikiran kita, bila hal ini dicermati maka akan didapatkan informasi-informasi tentang pasien tersebut.
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :
a.    Kulit Abdomen
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan :
     Kebersihan kulit
     Warna kulit
     Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
     Adanya benjolan
b.    Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen, tidak terjadi penumpukan cairan/ lemak yang berlebihan.
2.2.2   Palpasi
Palpasi ialah metode pemeriksaan di mana penguji merasakan ukuran, kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh pasien (di mana penguji ialah praktisi kesehatan) (Wikipedia. 2010).
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk, serta konsistensi organ yang ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi dibagi atas :
     Palpasi Dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan berat jari tangan.
     Palpasi Dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari tangan yang sebelah/satunya dari tangan yang lain tepat diatas jari tangan yang terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan pengkajian yang lebih baik dari semula.
     Palpasi Bimanual
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari tangan kanan dan kiri sekaligus, dimana kita posisikan ujung-ujung jari kita pada tepi organ atau benjolan yang diperiksa. Dengan menggerakkan kedua jari tangan secara bergantian atau bersamaan akan diperoleh kesan tentang ukuran, konsistensi, adanya perlekatan dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaaan objek tadi.
Cripitasi : pada saat palpasi kita merasakan/ seras ada seperti sesuatu yang bergesekan, seperti ada barang yang hancur, ataupun bergesekan dengan yang lain.
     Palpasi Ballotement
Mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya dilakukan secara bergantian, sehingga diperoleh kesan apakah objek tadi mengapung dalam suatu wadah ataukah melekat pada bagian tubuh yang lain.
     Palpasi Khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari telunjuk saja atau jari telunjuk dengan jari tengah, yang kita kenal dengan Toocher. Sebagai contoh yaitu pada Rectal Toucher dan Vaginal Toucher.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:
a.    Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui
     adanya  benjolan atau kerusakan kulit
     ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
     tekstur kulit abdomen
     turgor kulit abdomen
     konsistensi abdomen
     suhu abdomen
b.    Hepar/hati
Palpsi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk mengetahui bila ada pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
     Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12.
     Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
     Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-kira 450  dengan otot rektus abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kea rah tulang rusuk.
     Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk.
     Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
     Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi tekanan lebih dalam.
     Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c.    Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila terjadi abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
d.   Ginjal
Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-l2ngkah palpasi ginjal adalah:
     Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
     Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari tepi bawah batas costa.
     Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan dapat dirasakan.
     Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
     Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e.    Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
2.2.3   Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang suara, dari ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara/ suara perkusi yang biasadijumpai diantaranya :
     Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang yang normal.
     Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks, hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
     Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
     Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti hepar.
Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :
a.    Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b.    Hepar
Didapatkan suara pekak
c.    Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara tympani.
d.   Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.
2.2.4   Aukskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan mendengarkan organ atau bagian tubuh pasien menggunakan stetoskop. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini diantaranya : ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk mendengarkan bising usus serta pembuluh darah.
Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan saat aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus, normalnya bising usus adalah 5-12kali permenit.
Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang sedang mengalami kehamilan aukskultasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahhui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.
Langkah aukskultasi bising usus adalah:
            Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan ada/tdk nya makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.
Langkah aukskultasi pembuluh darah :
Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal aukskultasi pembuuh darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.



BAB III
ABNORMALITAS


Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada abdomen, serta organ-organ yang ada didalam abdomen. Abnormalitas abdomen dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik baik anamnesa maupun melalui IPPA. Dari abnormalitas ini nantinya akan bisa ditelusuri apa yang menyebabkab terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian dicarikan solusi, perawatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk mengatasi masalah tersebut.
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya :
3.1    Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
1.    Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
2.    Bila ada luka, adakah pus atau serum
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah luka.
3.    Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
4.    Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil, hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi, namun bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada pasien yang mengalami asites.
5.    Adanya gelombang peristaltic menandakan adnya obstruksi di GI
6.    Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortik
7.    Bentuk abdomen
Pada pasien dengan marasmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-pasien yang mengalami sirosis hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang berlebihan. Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai perut yang buncit, banyak factor yang mempengaruhinya, dari penumpukan lemak, BAB yang tak lancer, yang kesemuanya itu akan meningkatkan resiko penyakit bagi orang tersebut terlebih resiko PJK.
3.2    Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya :
1.    Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia.
2.    Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di daerah tersebut, yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosaan serta perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
Diagnosis banding nyeri :
a.    Kwadran kanan atas
·      Cholecystitis acute
·      Perforasi tukak duodeni
·      Pankreatitis acute
·      Hepatitis acute
·      Acute Congestive Hepatomegali
·      Pneumonia dan pleuritis
·      Phyelonefritis Acute
·      Abses Hepar
b.    Kwadran kiri atas
·      Ruptura Lienalis
·      Perforasi Tukak Lambung
·      Pencreatitis Acute
·      Rupture Aneurisma Aorta
·      Perforasi Colon
·      Pneumonia daan Plieuritis
·      Phyelonefritis
·      Infark Miokard Acute
c.    Kwadran para umbilical
·      Ileus Obstruksi
·      Appendicitis
·      Pankreatitis Acute
·      Trombosis Arteri /Vena Mesentrial
·      Hernia Inguinalis Strangulata
·      Aneurisma aorta yang pecah
·      Diverculitis
d.   Kwadran kanan bawah
·      Appendicitis
·      Salphingitis Acute
·      Graviditas Axtra Uterin yang pecah
·      Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
·      Diverculitis Meckel
·      Ileus Regionalis
·      Psoas Abses
·      Batu Ureter (Colic)
e.    Kwadran kiri bawah
·      Sigmoid Diverkulitis
·      Salphingitis Acute
·      Graviditas Axtra Uterin yang pecah
·      Torsi Ovarium Tumor
·      Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
·      Perforasi Colon Dedenden (Tumor, Corpus Alineum)
·      Psoas Abses
·      Batu Ureter (Colic)
3.    Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung teraba keras, menandakan sirosis.
4.    Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular, bila jarak meningkat kemungkinan terjadi hepatomegali.
5.    Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hidronefrosis, kanker, kista.
6.    Periksa nyeri tekan terhadap sudut kostovertebra kemungkinan bila terjadi nyeri tekan pada infeksi ginjal.
7.    Adanya kekauan otot pada daerah yang nyeri

3.3    Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan fabdomen adalah:
1.    Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis hepatis yang asites.
2.    Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali ataupun slenomegali.
3.    Pada Vesika Urinaria terdaengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urine dalam vedika urinaria.
3.4    Aukskultasi
1.    Penurunan atau peningkatan bising usus.
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang konstipasi.
2.    Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis.
Sisebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
3.    Friction rubs menandakan adanya tumor hear, infark splenikus.








DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum. Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.



....ATUR NUHUN....